Memiliki sebuah studio
rekaman baik pribadi maupun yang taraf profesional, adalah merupakan
idaman bagi para musisi. Jika anda bermodal besar maka tak susah payah
anda baik yang pemula maupun yang memang sudah mengerti masalah
recording, tinggal membeli satu set komplit dengan daftar alat-alat yang
memang sudah dianjurkan oleh pakarnya. Akan tetapi jika
anda seorang pemula yang membeli alat satu persatu (nungguin budget
terkumpul), maka anda harus berhati-hati dalam memilih alat untuk home
recording studio anda.
Sebaiknya anda jangan terburu-buru dalam
membeli alat, perbanyak referensi masukan tentang daftar alat-alat yang
dibutuhkan, anda bisa berdiskusi lewat internet maupun tanyain langsung
sama sang audio engineering yang anda percayai. Jangan sampai karena
butuh terwujut cepat impian anda, maka anda grubak-grubuk dalam membeli
alat, yang nantinya berbuntut membeli alat baru lagi dikarenakan alat
yang sudah anda beli tidak cocok.
Peralatan yang dibutuhkan untuk
mambangun sebuah studio recording ada banyak macamnya, nah disini naknus
akan mencoba mengenalkan pentinganya sebuat studio monitor bagi studio
recording anda. Pengalaman yang naknus alami dan juga dari temen-temen
yang pernah bilang adalah, ketika kita sudah memixing dan menjadikan
hasil rekaman dalam bentuk MP3, ternyata pas di setel di lain tempat
hasilnya jauh berbeda. Yang suara basnya jadi hilang, treablenya
kebesaran, dan berbagai macam hal. Ternyata setelah berkonsultasi sama
pakar-pakar dan nyari-nyari penyebabnya di internet, hal tersebut
dikarenakan disaat proses mixingnya menggunakan studio monitor yang
tidak standar (maklum bos lagi nyoba-nyoba alias amatiran).
Sebuah
studio monitor yang profesional sangatlah diperlukan dalam proses
penggarapan perekaman lagu yang kita rekam. Para audio engineering
banyak yang menyarankan untuk menggunakan studio monitor yang merespon
frekuensi flat / linear. Banyak yang mengatakanya dengan “speaker flat”
dengan kata lain sebuah speaker yang mampu mereproduksi kualitas nada
suara yang akurat dari audio sumber (sering diistilahkan dengan
“uncolored” atau “transparan”) dan speaker tersebut bisa meminimalisir
emphasis atau de-emphaisis (tekanan) dengan demikin tidak ada pergeseran
phase shift dari sebuah frekuensi yang artinya tidak ada distorsi dalam
penggunaan speaker ini. Jadi dengan menggunakan speaker flat kita akan
mendapat suara dasarnya atau aslinya. Dan biasanya speaker flat mampu
merespon frekuensi dalam range yang luas sehingga semua peralatan yang
kita rekam terdengar dengan jelas semuanya.
Speaker monitor
bentuknya ada berbagai macam, ada yang pasif dan ada yang aktif. Speaker
flat pasif sering disebut dengan “unpowered monitors & amp”, pada
sistem pengoperasiannya menggunakan power ampli yang terpisah, dan untuk
instalasinya harus memerlukan sedikit pengetahuan tentang audio
instalasi. Jika anda seorang pemula setingannya ditanggung ruwet, tapi
jika anda seorang profesional, metode ini akan menghasilkan sebuah
sistem monitor yang anda inginkan. Nah satunya lagi adalah speaker flat
berjenis aktif, disini anda tidak diwajibkan memiliki pengetahuan
tentang ohms, watt, damping, overload protection, crossover dan
lain-lainnya, tinggal colok langsung jadi, karena didalamnya telah
terinstal power ampli yang tinggal colok, cuman jika anda menginginkan
fasilitas yang lebih, seperti colokannya berapa, kekuatan powernya
berapa dan lain sebagainya, anda menemui kesulitan untuk menambahkannya,
harus terperinci sebelum membeli, liat dulu fasilitas didalamnya.
Harga untuk sebuah monitor flat boleh dibilang bisa bikin kantong
bolong. Jika anda berkeinginan membeli speaker monitor yang flat maka
siap-siap dulu budgetnya. Jika anda belum kuat membeli speaker flat maka
bisa juga anda mencari headphone dengan kelas standart studio. Akan
tetapi dengan menggunakan headphone yang berkelas bukan merupakan solusi
yang akurat. Banyak para ahli yang mengatakan jika kita memixing dan
memastering dengan menggunakan headphone, maka hasilnya kurang maksimal.
Suara speaker headphone suaranya langsung tepat ke telingga kita, jadi
suaranya sempurna, jika dipake untuk memixing suara akustiknya kurang
keluar. Telinga kita merupakan telinga stereo, suatu kesalahannya jika
kita menggunakan headphone adalah telinga kanan kita tidak mendengar
speaker disebelah kiri, begitu juga sebaliknya telinga kiri tidak
mendengar speaker sebelah kanan. Dengan memonitoring hasil rekaman
dengan menggunakan headphone suara terdengar sempurna, jadi pas kita
mastering biasanya hasilnya terdengar bagus dan sempurna, tetapi pas
disetel ditempat lain yang tidak menggunakan headphone, hasilnya jadi
menurun. Jadi jika kita memonitor dengan menggunakan headphone, bukan
menjadi patokan yang pas.
Menurut naknus jika anda serius membangun
setudio recording, sound monitor yang profesional harus anda miliki,
tetapi jika untuk home recording, sebuah headphone standart studio sudah
cukup, sembari anda mengumpulkan uang untuk membeli speaker monitor
flat. Dan jika dana tidak mencukupi maka speaker maupun headphone
sembarangpun juga tidak menjadi masalah, cuman hasil rekamannya nanti
kalo diputar ditempat lain, jadinya berbeda jauh dan tidak bisa
dijadikan patokan dalam memixing maupun mastering.
MH Studio Music & Recording
0 komentar:
Posting Komentar